Gentleman Palsu: Kisah Faisal yang Hidup Enak dari Uang Perempuan Lain

41
0

MediaSuaraMabes, Banda Aceh – Selama bertahun-tahun, Surjana mengaku pernah mempercayai Faisal sebagai sosok lelaki yang gentle, hangat, dan berintegritas. Perilaku Faisal yang perhatian, melindungi, dan bahkan sering menggenggam tangan saat berjalan, membentuk citra seolah-olah ia adalah pria yang bisa diandalkan serta tulus dalam kedekatan.

Faisal — warga Banda Aceh yang bekerja pada Kantor Notaris/PPAT Nadia, S.H., M.Kn., beralamat di Jalan Tgk. H.M. Daud Beureueh No. 8 — awalnya tampil sebagai pribadi penuh kesopanan, kesan loyalitas, dan hubungan emosional yang intens.

Surjana mengira bahwa kedekatan itu dibangun atas dasar kejujuran dan rasa saling menghargai. Bahwa Faisal adalah seorang gentleman yang memahami arti tanggung jawab dan integritas.

Namun, menurut Surjana, anggapan itu runtuh seiring waktu.
Yang gentle rupanya hanya gaya; bukan hatinya.

Masa Manis: Saat Belum Ditagih Uang

Pada masa awal kedekatan mereka, Surjana menuturkan bahwa Faisal kerap menunjukkan sikap yang hangat dan intens. Ia:

• sering mengajak makan siang dan malam,
• mengantar ke berbagai tempat, termasuk hotel,
• rajin menghubungi dan berdiskusi,
• bersikap sangat dekat dan memberi perhatian penuh,
• bahkan menggenggam tangan saat berjalan untuk menampilkan kedekatan.

Sikap-sikap itu, menurut Surjana, membentuk kesan bahwa Faisal adalah sosok yang tulus, loyal, dan hadir bukan karena kepentingan.

Namun, gambaran itu disebut mulai retak begitu ratusan juta rupiah dan Toyota Fortuner BL 555 FS berada dalam penguasaan Faisal.

Kedekatan yang dahulu terasa hangat berubah menjadi jarak yang mencolok ketika Surjana mulai menagih kewajiban finansial yang telah diabaikan hampir sembilan tahun lamanya.

Menurut Surjana, di titik itulah terlihat bahwa masa manis tersebut lebih seperti topeng, bukan karakter asli. Dari Mesra ke Menjauh: Uang Ditagih, Faisal Menghilang & Bersembunyi

Menurut keterangan Surjana, perubahan sikap Faisal berlangsung seketika begitu ia mulai meminta pengembalian uang sebesar Rp931.400.000,- (sembilan ratus tiga puluh satu juta empat ratus ribu rupiah)

Faisal yang sebelumnya tampil hangat dan penuh kedekatan disebut berubah 180 derajat.

Yang dulu menggenggam tangan, kini menggenggam pengacara.
Yang dulu memberi rasa aman, kini minta perlindungan polisi.
Yang dulu hangat, kini bertingkah seolah saya ini ancaman.

Telepon tidak diangkat.
Pesan diabaikan.
Tatap muka dihindari.

Padahal yang saya lakukan hanyalah menagih uang saya sendiri, bukan meminta belas kasihan.

Gentleman Palsu: Berani Menerima, Ciut Saat Diminta Bertanggung Jawab

Menurut Surjana, pola perilaku Faisal tampak jelas ketika ditelusuri dari awal hingga kini. Di awal, Faisal disebut sangat manis ketika membutuhkan, tetapi sikap itu berubah total setelah keinginannya tercapai.

Surjana menjelaskan, Faisal:

• tampil manis saat butuh,
• menghilang setelah tujuan tercapai,
• dan bersikap defensif setiap kali diminta mempertanggungjawabkan kewajiban.

Yang membuat situasi ini semakin ironis, kata Surjana, adalah fakta bahwa Faisal bekerja di lingkungan hukum, tempat integritas, moralitas, dan tanggung jawab seharusnya menjadi pondasi utama.

Namun, ketika persoalan kejujuran dan pengembalian uang ditagih, Faisal diduga lebih memilih bersembunyi daripada menyelesaikan kewajibannya.

“Ia seperti gentleman hanya di permukaan. Tapi begitu diminta bertanggung jawab, semuanya hilang.” ujar Surjana.

Pesan kepada Istri Faisal

Dalam keterangannya kepada media, Surjana menyampaikan pesan khusus kepada istri Faisal. Ia menegaskan bahwa publikasi ini bukan ditujukan untuk mengganggu rumah tangga Faisal, melainkan semata-mata untuk meminta pertanggungjawaban atas kewajiban yang menurutnya telah diabaikan selama bertahun-tahun.

“Saya tidak ingin mengusik keluarga siapa pun. Tapi sikap Faisal yang terlalu protektif dan defensif membuat seolah-olah saya ini ancaman, padahal saya hanya menagih hak saya sendiri yang sudah sembilan tahun ia diamkan,” ujar Surjana.

Surjana kemudian meminta agar pesan itu dapat disampaikan kepada suami dari pihak istri:

“Mohon beri tahu Faisal agar mengembalikan uang saya sebesar Rp931.400.000. Itu uang saya, bukan uang yang jatuh dari langit.”

Ia juga menyebut sejumlah fasilitas yang dinikmati Faisal selama ini berasal dari bantuan dirinya.

• uang yang ia berikan,
• modal yang berasal darinya,
• bahkan Toyota Fortuner (nomor polisi BL 555 FS) yang ia gunakan bersama keluarga,
• hingga dana yang ia klaim serta untuk menyewa Kantor Notaris/PPAT Nadia, S.H., M.Kn., tempat Faisal bekerja, semuanya berasal dari saya (red, Surjana).

“Coba dihitung baik-baik. Tidak malukah membangun kenyamanan rumah tangga dari fasilitas yang sampai hari ini belum pernah dibayar?” ujar Surjana.

Ia kembali menegaskan bahwa tidak ada niat memperkeruh hubungan keluarga, karena yang ia tuntut hanyalah pengembalian haknya.

“Saya tidak ingin menyusahkan keluarga Anda. Saya hanya ingin hak saya kembali. Jika uang itu dikembalikan, persoalan ini selesai tanpa harus melibatkan siapa pun.”

Kejantanan Diukur di Ujung Tanggung Jawab

Di akhir penjelasannya, Surjana menegaskan bahwa persoalan ini bukan sekadar urusan uang, tetapi soal moralitas, integritas, dan keberanian seorang lelaki dalam menyelesaikan apa yang telah ia mulai.

“Menjadi gentle bukan tentang cara bicara yang manis, bukan tentang berjalan sambil menggenggam tangan, bukan tentang perhatian yang penuh kepalsuan. Kejantanan sejati diukur ketika seseorang diminta bertanggung jawab atas perbuatannya.”

Surjana menambahkan bahwa ukuran karakter seseorang tidak terlihat dari sikap manis di awal hubungan, tetapi dari keberanian menyelesaikan kewajiban ketika diminta.

“Dan pada titik itu — Faisal telah gagal total.”

Dengan pernyataan ini, Surjana berharap agar Faisal segera menyelesaikan kewajibannya tanpa perlu melibatkan pihak lain atau memanjangkan persoalan.

(Hanafiah)