Makna Lukisan Sri Mulyani yang Dijarah Massa, Digambar oleh Menteri Keuangan 17 Tahun Lalu

22
0

MediaSuaraMabes Makna lukisan Sri Mulyani yang dirampas oleh massa dari rumahnya pada dini hari Minggu (31/8/2025) telah terungkap. Ternyata lukisan tersebut digambar oleh Menteri Keuangan tersebut 17 tahun yang lalu.

Menteri Keuangan RI Sri Mulyani angkat bicara setelah rumahnya yang berada di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, dirampok oleh massa. Ratusan massa dilaporkan mulai mendatangi kediaman Menteri Keuangan sekitar pukul 01.00 WIB.

Bukan hanya sekali, perampokan di rumah Sri Mulyani terjadi dalam dua gelombang. Saksi mata menyebut bahwa rumah Menteri Keuangan kembali dirampok oleh massa pada pukul 03.00 WIB.

Berbagai macam barang terlihat dibawa oleh orang-orang tak dikenal, antara lain isi lemari, televisi, kursi, guci hingga lukisan. Kini makna lukisan Sri Mulyani yang dirampas oleh massa tersebut terungkap.

Bukan sekadar lukisan biasa, Sri Mulyani mengungkap makna di baliknya. Menteri Keuangan mengakui melukis karya tersebut 17 tahun yang lalu.

Menteri Keuangan menyebut bahwa sosok berjaket merah dan memakai helm hitam yang mengangkut lukisannya terlihat sangat tenang dan percaya diri. Menurutnya, bagi pencuri lukisan tersebut hanya bernilai lembaran uang.

Namun baginya, lukisan tersebut merupakan simbol perenungan serta kontemplasi dirinya yang sangat pribadi. Lukisan bunga cat minyak tersebut menyimpan kenangan yang tak ternilai.

Seorang pria berjaket merah memakai helm hitam terlihat membawa lukisan cat minyak Bunga di atas kanvas berukuran cukup besar. Dia membawa barang curiannya dengan tenang, percaya diri keluar dari rumah pribadi saya yang menjadi target operasi pencurian pada dini hari minggu akhir Agustus 2025.tulis Sri Mulyani di akun Instagramnya, @smindrawati, Rabu (3/9/2025).

Lukisan Bunga itu bagi pencuri pasti dianggap bernilai sebanding dengan lembaran uang. Lukisan Bunga yang saya lukis 17 tahun lalu adalah hasil dan simbol dari refleksi serta meditasi diri, sangat pribadi. Seperti rumah tempat anak-anak saya tumbuh dan bermain, sangat pribadi dan menyimpan kenangan yang tak ternilai harganya..” selanjutnya.

Tidak hanya mengandung kenangan yang tak ternilai, menurutnya, hal itu juga menjadi simbol hilangnya rasa aman, rasa kepastian hukum dan rasa perikemanusiaan yang adil dan beradab. Bahkan para penjarah terlihat sedang berpesta.

Lukisan Bunga itu telah hilang seperti hilangnya rasa aman, kepastian hukum dan rasa perikemanusiaan yang adil serta beradab di bumi Indonesia..

Bagi para perampok, rumah dan barang-barang tersebut hanyalah sekadar target operasi. Para perampok seperti berpesta, bahkan diwawancarai oleh wartawan media: “dapat barang apa mas?” – dijawab dengan ringan, dengan nada sedikit bangga tanpa rasa bersalah: “pelukis”.

Laporan perampokan dimuat di media sosial dan disebarkan secara sensasional. Menimbulkan histeria yang menakut-nakuti dan kejam. Kehilangan hukum, kehilangan akal sehat dan kehilangan peradaban serta kesopanan, runtuhnya rasa kemanusiaan. Tidak peduli akan luka yang tergores dan harga diri yang dirobek yang ditinggalkan. Absurd…!lanjutnya.

Tidak hanya soal makna lukisan Sri Mulyani, Menteri Keuangan juga menyentuh soal korban jiwa yang jauh lebih berharga daripada lukisannya yang dirusak oleh massa. Ia juga menyebutkan sejumlah nama yang menjadi korban tewas dalam aksi demonstrasi di berbagai daerah.

Minggu kelabu akhir Agustus itu, ada korban yang jauh lebih berharga daripada sekadar lukisan saya, yaitu korban jiwa manusia yang hilang dan tidak akan pernah tergantikan. Affan Kurniawan, Muhammad Akbar Basri, Sarinawati, Syaiful Akbar, Rheza Sendy Pratama, Rusdamdiansyah, Sumari. Menimbulkan duka yang mendalam bagi keluarga. Tragedi gelap Indonesia.”

Sri Mulyani juga berpendapat bahwa dalam kerusuhan tidak pernah ada pemenang. Namun menurutnya yang ada hanyalah hilangnya akal sehat serta rusaknya harapan.

Dalam kerusuhan tidak pernah ada pemenang. Yang ada adalah hilangnya akal sehat, rusaknya harapan, runtuhnya fondasi berbangsa dan bernegara kita, negara hukum yang berperikemanusiaan yang adil dan beradab.,” kata Menteri Keuangan.

Sri Mulyani kemudian menutup tulisannya dengan ajakan untuk bersama-sama menjaga negara Indonesia. Ia menegaskan bahwa Indonesia merupakan rumah bersama yang seharusnya dijaga tanpa putus asa dan amarah.

Indonesia adalah rumah kita bersama. Jangan biarkan dan jangan menyerah pada kekuatan yang merusak itu. Jaga dan terus perbaiki Indonesia bersama, tanpa lelah, tanpa amarah dan tanpa keluh kesah serta tanpa putus asa.

Bintaro, 2 September 2025.” tutupnya.

Kronologi

Sebelumnya dilaporkan bahwa amukan massa menyebar ke rumah-rumah anggota DPR RI, antara lain Ahmad Sahroni, Eko Patrio, Uya Kuya, hingga rumah Menteri Keuangan RI Sri Mulyani. Kronologi perusakan rumah Sri Mulyani oleh massa dimulai sekitar pukul 1 pagi.

Menurut kesaksian staf penjaga rumah menteri keuangan, Joko Sutrisno, perusakan dilakukan dalam dua gelombang massa, yaitu sekitar pukul 01.00 dan 03.00 dini hari. Saat perusakan terjadi, Menteri Keuangan tidak berada di rumah.

Saat itu yang berada di rumah hanya Joko dan satu kerabat Sri Mulyani. Namun sebelum massa menyerbu, kerabat tersebut telah dievakuasi ke rumah tetangga.

Massa kemudian memasuki kediaman Sri Mulyani dan mengambil berbagai macam barang dari dalam. Barang-barang yang diangkut oleh massa antara lain adalah televisi, kursi, isi lemari, guci, hingga lukisan.

Tidak hanya sekadar goresan cat minyak, makna lukisan Sri Mulyani ternyata menyimpan kenangan tak ternilai bagi sang Menteri Keuangan. Ia pun mengungkap makna di balik karya yang dilukisnya 17 tahun yang lalu.

Pagi hari setelah dirampok, masih terlihat tumpukan barang di depan rumah Menteri Keuangan. Barang-barang yang dikumpulkan tersebut tampaknya belum sempat diangkut oleh para perampok.

Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa perusakan ini. Setelah diterjang massa, rumah Sri Mulyani yang terletak di ujung jalan, dijaga ketat oleh sejumlah personel TNI. (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here